FARMAKOTERAPI

By 04.34

Farmakoterapi adalah ilmu yang membahas mengenai penggunaan serta kedudukan obat dalam tatalaksana terapi suatu penyakit. Dalam mata kuliah ini, mahasiswa diajarkan bagaimana cara memilih obat berdasarkan jenis dan tanda-tanda penyakit. Jadi selain mempelajari mengenai obat-obatan (mulai dari bentuk sediaannya hingga farmakokinetika dan farmakodinamikanya), kami juga mempelajari mengenai berbagai penyakit (mulai definisi penyakit, prevalensi, patofisiologi, etiologi, diagnosis, tanda dan gejala, faktor resiko, penanganan non-farmakologi, penanganan farmakologi, hingga interaksi obat). Tujuan utama yang diharapkan dapat dicapai oleh apoteker setelah menguasai farmakoterapi adalah kemampuan untuk berkontribusi secara optimal dalam pengobatan pasien, terutama terkait dengan pemilihan obat yang paling tepat dan ekonomis. Farmakoterapi merupakan salah satu bagian dari ilmu dalam rumpun  ilmu farmakologi yang bisa dikatakan sebagai terapan atau ujung tombak dari semua ilmu dalam rumpun ilmu farmakologi itu sendiri.
 

Karena pada hakikatnya semua ilmu dalam rumpun ilmu farmakologi akan bermuara pada bagaimana obat dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup manusia, baik terkait dengan upaya mencegah, menyembuhkan penyakit, atau merubah fungsi fisiologis sistem tubuh manusia.  


Manfaat belajar farmakoterapi:
  • Membantu apoteker dalam memahami penggunaan obat pada penyakit tertentu
  • Apoteker mampu memilih obat yang tepat
  • Apoteker mampu memberikan informasi obat (Misalnya mengenai efek samping obat, kontraindikasi obat, interaksi obat dengan obat lain atau interaksi obat dengan makanan, dan sebagainya)
  • Apoteker mampu berinteraksi dengan dokter dan tenaga medis lainnya.
  • Apoteker membantu pasien melakukan self medication
Mata kuliah pendukung dalam mempelajari farmakoterapi diantaranya:
  • Farmakologi
  • Farmakokinetik
  • Patofisiologi
  • Mikrobiologi
  • Parasitologi
  • Virology
Bagaimana implementasi ilmu farmakoterapi?
Pertama, apoteker harus mengetahui secara jelas bagaimana penyakitnya dan harus menemukan diagnosis yang tepat. Sebelum memilih obat, sebaiknya apoteker menawarkan kepada pasien “terapi non-farmakologi” dengan melakukan modifikasi gaya hidup (misalnya dengan melakukan diet tertentu, olah raga tertentu, berhenti merokok dan berhenti mengkonsumsi alkohol, dan lain-lain). Modifikasi gaya hidup dilakukan tergantung dengan tipe dan jenis penyakit pasien. Jika terapi non-farmakologi tidak berhasil, lakukan tahap selanjutnya yaitu terapi farmakologi (terapi dengan menggunakan obat). Terapi farmakologi dimulai dengan pemilihan obat yang tepat dan dengan dosis rendah dan dalam waktu sesingkat mungkin (tetapi harus tetap memberikan efek terapi). Pemilihan obat berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan oleh penyakit dan harus menggunakan obat yang sudah terbukti melalui uji klinis. Penggunaan obat baru dilakukan jika obat baru memiliki kelebihan secara signifikan dibandingkan obat lama (new is not always better, remember?).
Hal yang harus diperhatikan adalah lama terapi obat (menentukan efikasi dan efek samping), interaksi obat dengan obat lain, interaksi obat dengan penyakit, interaksi obat dengan makanan, dan lain-lain. Selain itu, regimen obat sebaiknya dibuat sederhana untuk mempermudah pasien. Kegagalan terapi dapat disebabkan oleh seleksi obat tidak memadai, kesalahan penggunaan dosis, munculnya penyakit lain, terjadi interaksi obat, adanya factor genetik dan faktor lingkungan, dan lain-lain.

You Might Also Like

1 komentar