PERUBAHAN ORIENTASI FARMASI
Mengikuti perkembangan zaman, telah
terjadi pula perubahan penekanan pada pengertian dan orientasi farmasi. Pada
awalnya profesi farmasi itu dikatakan merupakan seni (arts) dan pengetahuan
(science). Hal ini dapat dilihat pada buku teks yang digunakan di perguruan
tinggi farmasi pada awal pertengahan abad ke-20, yang antara lain berjudul
“Scoville’s The Art of Compounding “ (Seni Meracik Obat), dan “Recepteerkunde”
(Ilmu Resep) karangan van Duin, dan van der Wielen. Definisi obat menurut
Undang-Undang No. 7 Tahun 1960 tentang Farmasi :
.. obat yang dibuat dari bahan
yang berasal dari binatang, tumbuh-tumbuhan, mineral, dan obat sintetis.
Definisi ini lebih menekankan sumber
atau asal diperolehnya obat.
Perkembangan farmasi setelah itu berorientasi pada teknologi seperti
tergambar oleh buku teks yang populer pada saat itu, dan masih digunakan sampai
sekarang : “ Pharmaceutical Technology” oleh Lachman. Dalam Kebijaksanaan Obat
Nasional (KONAS, 1980) : …… obat ialah bahan atau paduan bahan yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
Definisi
obat ini lebih ditekankan pada tujuan penggunaannya.
Perkembangan
farmasi sangat dipengaruhi pula oleh perkembangan orientasi di bidang
kesehatan. “World Health Organization” (WHO) yang beranggotakan negara-negara
di dunia, termasuk Indonesia, pada tahun 80-an mencanangkan semboyan “Health
for All by the year 2000”, yang merupakan tujuan sekaligus proses yang
melibatkan seluruh negara untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya,
suatu derajat kesehatan yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat memperoleh
kehidupan yang produktif secara sosial maupun ekonomis. Semboyan tadi
dirumuskan melalui suatu konsep bernama
“Primary Health Care” dalam konperensi internasional di Alma Atta 1978,
sehingga konsep itu dikenal dengan nama Deklarasi Alma Atta. Deklarasi ini
merupakan kunci dalam pencapaian tujuan pengembangan sosio-ekonomi masyarakat
dengan semangat persamaan hal dan keadilan sosial. Perkembangan terakhir pengembangan di bidang
kesehatan pada milenium baru ini ialah konsep “Paradigma Sehat”. Paradigma
sehat, bukan paradigma sakit, berorientasi pada bagaimana mempertahankan
keadaan sehat, bukan menekankan pada manusia sakit yang sudah menjadi tugas
rutin bidang kesehatan. Jadi jelas perkembangan farmasi yang menjadi bagian
dari bidang kesehatan, juga harus mengikuti perkembangan yang terjadi di bidang
kesehatan.
The
American Society of Colleges of Pharmacy (AACP) [1] mendefinisikan farmasi sebagai ”suatu sistem pengetahuan
(knowledge system) yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan (health
service)”. Memang agak sulit untuk mendefinisikan farmasi secara lengkap,
yang bukan saja melihatnya dari aspek asal atau sumber obat, atau tujuan
pemakaian obat. Pada Ekspose Perkembangan Ilmu Kesehatan oleh ISFI/IDI di
Jakarta bulan Maret 1986 [9] oleh
suatu Tim dari Institut Teknologi Bandung telah dikemukakan definisi Farmasi
sebagai berikut :
Farmasi
pada dasarnya merupakan sistem pengetahaun (ilmu, teknologi dan sosial budaya)
yang mengupayakan dan menyelenggarakan jasa kesehatan dengan melibatkan dirinya
dalam mendalami, memperluas, menghasilkan dan mengembangkan pengetahuan tentang
obat dalam arti dan dampak obat yang seluas-luasnya serta efek dan pengaruh
obat pada manusia dan hewan.
Untuk
menumbuhkan kompetensi dalam sistem pengetahuan seperti diuraikan di atas,
farmasi menyaring dan menyerap pengetahuan yang relevan dari ilmu biologi,
kimia, fisika, matematika, perilaku dan teknologi; pengetahuan ini dikaji,
diuji, diorganisir, ditransformasi dan diterapkan.
Sebagian
besar kompetensi farmasi ini diterjemahkan menjadi produk yang dikelola dan
didistribusikan secara profesional bagi yang membutuhkannya.
Pengetahuan
farmasi disampaikan secara selektif kepada tenaga profesional dalam bidang
kesehatan dan kepada orang awam dan masyarakat umum agar pengetahuan mengenai
obat dan produk obat dapat memberikan sumbangan nyata bagi kesehatan perorangan
dan kesejahteraan umum masyarakat.
Tidak dapat disangkal bahwa sistem pengetahuan
farmasi, karena penerapannya untuk tujuan kesehatan, merupakan bagian yang
berarti secara kuantitatif maupun secara kualitatif dalam setiap upaya
kesehatan.
1 komentar
membantu banget infonya kak
BalasHapusteknik pengolahan daging